Konon dawet ireng awal mulanya dipasarkan oleh Mbah Ahmad sekitar tahun 1950 di daerah sebelah timur jembatan Butuh Purworejo yang sampai sekarang masih terdapat kiosnya. Dawet ireng saat ini sudah terkenal sampai ke luar Purworejo, bahkan kepopuleran dawet ireng ini sudah sampai Jawa Barat dan Jawa Timur. Ternyata tidak butuh waktu lama lho untuk membuat Es Dawet Ireng. Yuk buktikan dengan membuatnya dari resep berikut ini…LessEs Dawet Irengbahandawet75 g tepung beras60 g tepung kanji½ sdt garam700 ml air2 sdm abu merang/charcoal powder, campur dengan sedikit airSaus gula merah300 g gula merah, sisir2 lembar daun pandan, potong-potong300 ml airKuah santan600 ml santan sedang2 lembar daun pandan, potong-potong½ sdt garampelengkapes batuCara MembuatDawet Campur jadi satu tepung beras, tepung kanji, garam, dan air dalam panci, aduk hingga tepung larut. Masukkan larutan abu merang/charcoal, aduk rata. Masak sambil diaduk-aduk hingga menjadi bubur yang kental. Angkat. Masukkan adonan ke dalam cetakan cendol. Tekan cetakan dan tampung adonan yang menetes ke bawah dalam wadah berisi air es. Setelah itu, tiriskan, sisihkan. Saus gula merah Masukkan gula merah, pandan, dan air ke dalam panci. Masak di atas api kecil hingga mendidih, gula larut dan kental, angkat, dinginkan. Kuah santan Masak santan, daun pandan dan garam dalam panci sambil diaduk-aduk hingga mendidih dan matang, angkat, dinginkan. Penyajian Siapkan gelas atau mangkuk saji, masukkan dawet, tuangi kuah santan, beri irisan es batu. Rating resep iniSeberapa endeus resep ini
1 dawet ireng 2. clorot semarang 1. lumpia 2. tahu gimbal 3. babat gongso solo 1. nasi liwet 2. wedang ronde 3. tengkleng 4. selat solo 5. serabi solo sragen tegal 1. teh poci 2. kupat glabet 3. sauto temanggung wonogiri 1. tiwul wonosobo 1. mie ongklok

Posted by Widodo Groho Triatmojo on 2214 Buat kalian yang suka kuliner nyobain makanan dan minuman saat bepergian atau travelling, yang satu ini recommended untuk dicoba, Dawet Ireng Jembatan Butuh. Lapak dawet ini terletak di sebelah timur jembatan Butuh, Purworejo. Konon kabarnya, dawet ireng ini awal mulanya dipasarkan sama Mbah Ahmad sekitar tahun 1950. Dawet ireng ini minuman berjenis dawet tapi dengan cendol yang berwarna hitam legam. Proses pembuatannya sangat alami yaitu diolah dengan tangan dan nggak pake bahan pewarna. Pewarna hitam buat cendol dibikin dari daun padi kering oman yang dibakar hingga menjadi abu, kemudian abu dicampur dengan air dan menghasilkan warna hitam. Sedangkan cendolnya dibuat dari sagu bukan dari tepung beras seperti cendol hijau biasa. Pemanisnya menggunakan gula aren. Ada keunikan dalam penyajian dawet ireng ini, yaitu pemerasan santan dari parutan kelapa langsung yang dapat dilihat oleh pembeli dan jumlah cendol ireng yang jauh lebih banyak dibanding kuahnya santan dan air gula aren. Harganya berapa? Gak mahal & gak perlu bongkar dompet, dawet ireng ini dibandrol cuma Rp saja per mangkok. Murah banget dibanding kenikmatan yang didapat… Kalau beli jangan lupa antri ya, banyak pembelinya soalnya. Gak jarang mobil plat B maupun luar kota lainnya yang markir buat nyobain dawet ireng ini. Buat kalian yang lagi travelling atau mudik atau sekedar lewat di jalur selatan Kebumen – Purworejo – Jogja, mampirlah sejenak melepas lelah sambil menikmati dawet ireng jembatan Butuh. Inget ya, sebelah timur jembatan Butuh langsung di tempat aslinya karena gak buka cabang…

Menurutsitus Wikipedia. Dawet Ireng adalah es cendol yang berasal dari daerah Butuh, Purworejo, Jawa Tengah. Kata ireng dari bahasa Jawa berarti hitam. Butiran dawet berwarna hitam, karena diperoleh dari abu bakar jerami yang dicampur dengan air sehingga menghasilkan air berwarna hitam. Air ini kemudian digunakan sebagai pewarna dawet.
PURWOREJO, - Es dawet ireng adalah salah satu kuliner yang selalu dicari di Purworejo, Jawa Tengah. Lapak es dawet ireng hitam ini berlokasi tepat di seberang Jembatan Butuh, Kecamatan Butuh. Baca juga Pria Diduga Warga Bangka Belitung Ditemukan Tewas Penuh Luka di Purworejo Sentra es khas Purworejo Kecamatan Butuh memang menjadi salah satu sentra pembuatan es khas Purworejo tersebut. Di sepanjang jalan banyak ditemukan penjual es dawet ireng yang serupa. Bentuk lapak yang sudah dimakan usia ini pun juga menjadi saksi bahwa es dawet ireng ini sudah banyak dikenal oleh masyarakat dan para pengguna jalan. Sejak pagi, sejumlah kendaraan berpelat nomor luar kota mulai singgah di lapak Dawet Ireng Jembatan Butuh yang terkenal itu. Lapak dawet ireng di Kilometer 6 Purworejo-Kebumen atau lebih tepatnya di Dusun Ketundan, Desa/Kecamatan Butuh ini dipastikan ramai dikunjungi pembeli setiap hari. Dawet Ireng Jembatan Butuh sudah ada sejak tahun 1960-an. Salah satu pewaris, generasi keempat pedagang dawet ireng Jembatan Butuh ialah Tugiyanto. "Saya generasi keempat, yang pertama kali jualan adalah mbah buyut saya, pelanggan tidak hanya dari Kabupaten Purworejo, banyak juga dari luar kota. Setiap melintas mereka mampir," ucap lelaki berusia 36 tahun itu. Tugiyanto menjelaskan, dia menggunakan resep yang dahulu diwariskan oleh keluarganya. Baca juga Ratusan Kepala Sekolah SD di Purworejo Kosong, Terancam Tak Dapat Terapkan Kurikulum Merdeka
Tidakterasa, bulan suci Ramadan sebentar lagi usai. Di minggu-minggu ini banyak orang yang sudah berencana mudik atau bahkan sudah berangkat untuk menghindari macet.
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hamim Thohari PURWOREJO - Bagi masyarakat Jawa, dawet adalah minuman tradisional yang cukup terkenal. Namun di daerah Purworejo terdapat dawet yang berbeda dari kebanyakan daerah lain. Adalah dawet ireng hitam, minuman tradisional bercita rasa manis gurih yang menjadi ciri khas Kabupaten yang masuk dalam wilayah Jawa Tengah tersebut. Sesuai dengan namanya, dawet ireng hitam ini memiliki warna dawet yang hitam. Suasana warung dawet ireng Jembatan Butuh. Tribun Jogja/Hamim Dari sekian banyak penjual dawet ireng, salah satunya yang paling terkenal adalah dawet ireng Jembatan Butuh. Warung sederhana yang terletak di tepi jalan raya Purworejo-Kebumen tepatnya berada di sisi timur Jembatan Butuh ini setiap harinya selalu ramai oleh pembeli. Diceritakan Sugeng 58 penjual dawet ireng jembatan Butuh, usaha jualan dawet tersebut diwarisinya dari sang kakek yang telah berjualan sejak tahun 1960. "Bisa dibilang simbah adalah orang pertama yang memperkenalkan dawet ireng. Menurut cerita simbah, saat dia pertama kali berjualan dawet ireng belum ada yang berjualan dawet ireng saat itu," ujarnya. Minuman yang satu ini berisikan dawet yang terbuat dari tepung sagu aren, ditambah gula jawa cair, dan santan. Untuk menghasilkan dawet berwarna hitam digunakan pewarna alami, yakni abu dari proses pembakaran batang padi merang. Rasa dari dawet ireng adalah segar, manis, gurih, dan mengenyangkan. Karena berada di pinggir jalan utama jalur selatan pulau Jawa, dawet ireng jembatan Butuh ini selalu ramai disinggahi pengguna jalan dari luar daerah Purworejo. Diceratakan Sugeng, dawet ireng mulai banyak dikenal masyarakat paska pernikahan mantan Bupati Kebumen Rustriningsih pada bulan Juni 2004 yang lalu.
Banyakartikel di Majalah Kabari Agustus 2010. Anda bisa juga lihat di www.Kabarinews.com, lebih dari 5000 artikel dari Amerika dan Indonesia, termasuk imigrasi, resep, bisnis, real estate, kisah.
Purworejo - Kalau berkunjung ke Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, ada minuman khas daerah yang sayang kalau dilewatkan. Namanya es Dawet Jembut Kecabut, kayak apa enaknya? Es Dawet Jembut Kecabut ini mungkin terdengar sedikit 'saru' atau 'jorok'. Tapi ternyata, nama itu hanya sebuah singkatan. Dalam bahasa Jawa, jembut berarti rambut kemaluan, sedangkan kecabut artinya tercabut dari akarnya. Dinamai Es Dawet Jembut Kecabut karena lokasinya berada di sebelah timur Jembatan Butuh, Kecamatan Butuh dan disingkat Jembut Kecabut. Unik, nyentrik dan nikmatnya bakal menarik siapa saja untuk menikmati dawet hitam yang sangat legendaris ini. Warung Dawet Asli Pak Wagiman. Foto Rinto Heksantoro/detikcomBanyak orang luar kota yang datang jauh-jauh hanya untuk menyruput kesegaran es tersebut. Dawet hitam khas Purworejo tersebut pertama kali dirintis oleh Mbah Ahmad Dansri pada sekitar tahun 1950 an. Dirintis oleh mbah Ahmad yang membuat minuman unik tersebut hanya untuk dikonsumsi para petani ketika musim panen. Ia berkeliling dari sawah ke sawah untuk menjajakan minuman buatannya itu. "Awalnya kakek saya yang jualan, sekarang sudah meninggal. Dulu hanya untuk para petani pas musim panen. Keliling ke sana sini dan sekarang minuman itu diwariskan ke kami," ujar cucu dari mbah Ahmad, Wagiman 37 ketika ditemui detikcom saat jualan dawet, Kamis 26/4/2018. Penjual sibuk meracik dawet hitam yang segar enak. Foto Rinto Heksantoro/detikcomSetelah mbah Ahmad meninggal, minuman tersebut kemudian dilestarikan oleh anaknya yakni Nawon hingga akhirnya sampai dengan generasi ke tiga yakni Wagiman. Usaha dawet hitam atau dawet ireng yang dilanjutkan oleh Wagiman dan istrinya Hartati 32 ini pun bertambah ramai dan populer. Kini dawet hitam yang sudah jadi minuman khas Purworejo ini setiap hari dijajakan di tepi jalan Purworejo - Kebumen, Desa Butuh, Kecamatan Butuh, tepatnya di sebelah timur jembatan Butuh. Proses pembuatan dawet atau cendol hitam khas Purworejo ini dilakukan manual dengan tangan dan tidak menggunakan bahan pewarna buatan. Awalnya, tepung pati gelang direbus sambil diaduk sehingga menjadi adonan kental dan siap dicetak menjadi dawet. Warna hitam pada dawet diambil dari pewarna alami yakni jerami padi yang dibakar lalu abunya dihaluskan dan disaring. "Dawetnya berwarna hitam itu karena diberi oman atau jerami padi yang dibakar, bukan pewarna buatan. Kemudian racikannya dawet diberi santan, pemanis dari gula kelapa dan es," imbuh tak pernah surut berdatangan untuk mencicipi dawet Rinto Heksantoro/detikcom Harga satu mangkok es Dawet Jembut Kejabut hanya Rp. 4000,'. Jika ingin semakin segar dan nikmat, kita bisa menambah Rp. 1000 dengan tambahan tape ketan. Setiap hari, ratusan porsi dawet selalu ludes diserbu pembeli, baik pelajar, pegawai kantoran, pejabat hingga artis ibu kota. Salah satu pelanggan setia, Totok Suharto 50 asal Pondok Cabe, Tangerang Selatan mengaku ketagihan dengan es dawet yang satu ini. Setiap kali melintasi jalur selatan Purworejo, ia selalu mampir dan menikmati kuliner khas tersebut. "Saya sering lewat sini, kalau mau ke Jogja ya pasti mampir. Kalau ada acara di Jawa Tengah saya juga pasti muter lewat sini. Rasanya nikmat, seger dan beda dengan yang lain. Biasanya saya habis dua porsi," tutur Totok sambil menyruput dawet hitamnya. odi/odi
Darisekian banyak penjual dawet ireng, salah satunya yang paling terkenal adalah dawet ireng Jembatan Butuh. Selasa, 19 Juli 2022; Cari. Network. Tribunnews.com; TribunnewsWiki.com;
Purworejo - Ada minuman khas daerah Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah yang terdengar aneh bahkan terkesan jorok, Namanya es Dawet Jembut Kecabut. Lalu seperti apa bentuk dan rasanya?Berkunjung ke Kabupaten Purworejo belum lengkap rasanya jika belum menikmati es Dawet Jembut Kecabut. Meski namanya terkesan jorok, tapi minuman yang satu ini sayang kalau sampai minuman ini mungkin terdengar sedikit 'saru' atau 'jorok'. Dalam bahasa Jawa, jembut berarti rambut kemaluan, sedangkan kecabut artinya tercabut dari akarnya. Jika diartikan secara harfiah memang jorok bahkan bikin ngilu. Es Dawet Jembut Kecabut Khas Purworejo, Namanya Jorok Tapi Rasanya Enak Foto detikcom/Rinto HeksantoroTapi ternyata, nama itu hanya sebuah singkatan saja. Minuman khas asal Kota Berirama ini dinamai Es Dawet Jembut Kecabut lantaran lokasi warung untuk berjualan berada di sebelah timur Jembatan Butuh, Kecamatan Butuh dan disingkat menjadi Jembut Kecabut. Karena namanya yang unik dan nyeleneh itu, justru membuat siapa saja penasaran untuk menikmati dawet hitam yang sangat legendaris ini."Ya karena lokasinya memang di sebelah timur Jembatan Butuh Kecamatan Butuh makanya namanya es Dawet Jembut Kecabut, itu singkatan," kata sang penjual, Wagiman 45 saat ditemui detikcom di warungnya, Sabtu 29/5/2021.Dawet hitam khas Purworejo tersebut pertama kali dirintis oleh Mbah Ahmad Dansri pada sekitar tahun 1950 an yang merupakan kakek Wagiman. Awalnya, Mbah Ahmad membuat minuman unik tersebut hanya untuk dikonsumsi para petani ketika musim panen. Ia berkeliling dari sawah ke sawah untuk menjajakan minuman buatannya Dawet Jembut Kecabut Khas Purworejo, Namanya Jorok Tapi Rasanya Enak Foto detikcom/Rinto HeksantoroSetelah mbah Ahmad meninggal, minuman tersebut kemudian dilestarikan oleh anaknya yakni Nawon hingga akhirnya sampai dengan generasi ke tiga yakni Wagiman. Usaha dawet hitam atau dawet ireng yang dilanjutkan oleh Wagiman dan istrinya Hartati 35 ini pun bertambah ramai dan populer."Dulu pertama yang jualan memang kakek saya terus bapak saya dan sekarang saya yang meneruskan berjualan," dawet hitam yang sudah jadi minuman khas Purworejo ini setiap hari dijajakan di tepi jalan Purworejo - Kebumen, Desa Butuh, Kecamatan Butuh, tepatnya di sebelah timur jembatan Butuh. Harga satu mangkok es Dawet Jembut Kejabut hanya Rp. 5000,'. Jika ingin semakin segar dan nikmat, kita bisa menambahkan tape ketan dengan harga Rp. Dawet Jembut Kecabut Khas Purworejo, Namanya Jorok Tapi Rasanya Enak Foto detikcom/Rinto HeksantoroSebelum diserbu pelanggan, sejak pagi buta, Wagiman dibantu sang istri sudah menyiapkan bahan-bahan untuk membuat dawet dengan bahan utama tepung sagu. Warna hitam dawet berasal dari serbuk abu bakaran oman atau batang pohon padi."Pertama oman dibakar dulu lalu disaring dengan kain dan dimasukkan ke dalam air sampai airnya hitam. Setelah itu tepung sagu dimasukkan dan dicampur hingga merata. Setelah campur, adonan dimasukkan ke dalam air mendidih sambil diaduk sampai mengental," masih panas, adonan kemudian dicetak dengan cetakan khusus yang dibuat dari kayu berbentuk kotak yang diberi lubang kecil-kecil pada bagian bawah. Adonan dimasukkan ke dalam kotak dan ditekan dari atas sehingga adonan dawet ireng yang kental berbentuk bulat panjang akan keluar dari lubang-lubang di bagian bawah Dawet Jembut Kecabut Khas Purworejo, Namanya Jorok Tapi Rasanya Enak Foto detikcom/Rinto HeksantoroUsai dicetak, dawet kemudian dicuci dan siap disajikan dengan pemanis yang terbuat dari gula kelapa atau gula merah. Agar lebih segar, dawet biasa disajikan dengan tambahan santan kelapa serta es hari, ratusan porsi dawet selalu ludes diserbu pembeli, baik pelajar, pegawai kantoran, pejabat hingga artis ibu kota. Banyak pula pelanggan dari luar kota yang datang jauh-jauh hanya untuk menyruput kesegaran es tersebut. Jika masih kurang puas, pelanggan bisa membungkus dawet itu untuk dibawa satu pelanggan setia, Mugiran 40 asal Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta mengaku ketagihan dengan es dawet yang satu ini. Ia yang bekerja di Jakarta selalu mampir setiap kali melintasi Jembatan Butuh."Kemarin kan mudik, ini pas mau balik lagi ke Jakarta. Biasanya tiga bulan sekali mudik sama keluarga dan tiap pulang maupun balik lagi ke Jakarta pasti mampir ke sini. Rasanya josss, mantab, ini bungkus juga. Kalau nggak mampir ndak raiso turu jadi nggak bisa tidur mas," ucapnya. Simak Video "Melihat Produksi Mie Lethek, Kuliner Khas Yogyakarta" [GambasVideo 20detik] raf/odi PC5S. 445 263 318 284 92 379 382 490 115

resep dawet ireng jembatan butuh